Wednesday 8 May 2013

METODE PENELITIAN PEMEROLEHAN BAHASA ANAK


METODE PENELITIAN PEMEROLEHAN BAHASA ANAK
1.      Pendahuluan
Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak-anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanyaatau bahasa ibunya. Ada 2 proses yang terjadi ketika kanak-kanak sedang memperoleh bahasa pertamanya, yakni proses kompetensi dan proses performansi. Proses kompetensi adalah proses yang terdiri atas 2 hal, yakni proses pemahaman (kemampuan mengamati & mendengar) dan proses menghasilkan kata-kata. Sedangkan proses performansi adalah kemampuan menghasilkan kalimat-kalimat baru dalam linguistic transformasi generative.
Beberapa hipotesis Pemerolehan Bahasa yang kita kenal selama ini :
  1. Hipotesis Nurani: hipotesis ini menyatakan bahwa manusia lahir dengan dilengkapi suatu alat yang memungkinkan dapat berbahasa dengan mudah dan cepat. Karena sukar dibuktikan secara empiris, maka hadirlah suatu hipotesis yang disebut hipotesis nurani (pembawaan sejak lahir). Chomsky & Miller mengatakan bahwa alat khusus yang dimiliki setiap anak-anak sejak lahir untuk memperoleh bahasa ibunya ini disebut sebagai LAD (Language Acquisition Device). Buktinya meskipun masukan yang berupa ucapan kalimat yang salah, namun alat ini mampu memformat dan menghasilkan output berupa ucapan / tata bahasa formal. (Chomsky & Miller)
  2. Hipotesis Tabularasa: hipotesis ini menyatakan bahwa otak bayi pada waktu dilahirkan sama seperti kertas kosong yang annti akan diisi oleh pengalaman-pengalaman. Menurut hipotesis ini, semua pengalaman dalam bahasa manusia merupakan hasil dari peristiwa linguistic yang dialami oleh manusia. Sejalan dengan hipotesis ini, behaviorisme menganggap bahwa pengetahuan linguistic terdiri dari rangkaian yang dibentuk dengan cara Stimulus – Respon. (John Locke).
  3. Hipotesis Kesemestaan Kognitif: menurut hipotesis ini, bahasa diperoleh berdasarkan struktur-struktur kognitif deriamotor. Struktur ini diperoleh anak-anak melalui interaksi sengan benda-benda atau disekitarnya. Pemerolehan bahasa bergantung pada pemerolehan proses-proses kognitif lalu memperoleh lambing-lambang linguistic. (Piaget)

2.      Metode Penelitian Pemerolehan Bahasa Anak
Bahasa dan proses pemerolehannya pada anak tentu akan menarik para peneliti untuk melakukan kajian serta tinjauan yang lebih aplikatif dan operasional. Objek kajian yang beragam dengan dilatarbelakangi oleh situasi dan kondisi menuntut peneliti untuk menyiapkan metodologi riset yang tepat untuk mendukung keakuratan hasil penelitian yang akan dihasilkan dalam rangka pembuktian pada sebuah hipotesa.

Sejauh ini metode penelitian yang banyak digunakan untuk meneliti objek ini adalah longitudinal dan eksperimental. Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang 2 bentuk penelitian tersebut.

2.1.  Longitudinal
§  Penelitian Longitudinal (Longitudinal Research), adalah salah satu jenis penelitian sosial yang membandingkan perubahan subjek penelitian setelah periode waktu tertentu. Penelitian ini sengaja digunakan untuk penelitian jangka panjang, karena memakan waktu yang lama.
(http://Wikipedia.org/wiki/penelitianlongitudinal)
§  Ciri utama periode ini adalah bahwa studi longitudinal memerlukan jangka waktu yang panjang karena yang diteliti adalah perkembangan sesuatu yang sedang dikaji dari satu waktu sampai ke waktu yang lain. (http://meylanarzhanty.blogspot.com/2012/04/pemerolehan-bahasa-anak.html)
§  Penggunaan Metode Longitudinal berkaitan erat dengan pertumbuhan pembangunan psikologi yang terjadi pada manusia.

Metode penelitian Longitudinal sendiri dikelompokkan menjadi 3 jenis :
1.      Panel Study; Subyek yang ditelitisamaselamawaktu yang berbeda. Contoh : Survey terhadap300 anak usia 1 tahun di Kabupaten Ungaran untuk mengetahui kata pertama yang mereka ucapkan , dilaksanakanselama 3 tahun.
2.      Trend Study; Subyekpenelitianberbedadaripopulasi yang samapadawaktu yang berbeda. Contoh : Survey terhadap300 anak usia 1 tahun di Kabupaten Ungaran untuk mengetahui kata pertama yang mereka ucapkan , dilaksanakan setiap tahun.
3.      Cohort Study; Hampirsamadengan trend study tetapipopulasinyalebihspesifikdalamjangkawaktutertentu.Perbedaannyaadalahpada trend study tidakadaperubahanpadaanggotapopulasi, sedangkanpada cohort adaperubahananggotapopulasidalamdurasiwaktupenelitian. Contoh : Survey terhadap300 anak usia 1 tahun di Kabupaten Ungaran untuk mengetahui kata pertama yang mereka ucapkan , dilaksanakanselama6tahun.

Metode penelitian jenis ini dipandang cukup ideal dan akurat untuk menghasilkan sebuah penelitian scientific dan dapat dipertanggungjawabkan. Beberapa kelebihan dan kekurangan dari pengunaan metode penelitian jenis ini, sbb : 

2.1.1.      Kelebihan
      Metode longitudinal menjelaskan perubahan berdasarkan pada umur
      Pendekatan ini mengakui perbandingan dengan treatment lain
      Memiliki akurasi yang cukup tinggi
      Metode longitudinal memberikan kesempatan untuk mendefinisikan hubungan genetik antara fase perkembangan psikis.

2.1.2.      Kekurangan
§  Membutuhkan banyak waktu dan biaya yang cukup besar 
§  Sifting, memungkinkan beberapa peserta/sampel penelitian akan berhenti sebelum masa penelitian berakhir
§  Membutuhkan sumber daya pendukung yang cukup banyak
§  Menuntut adanya komitmen dari individu

2.2.  Eksperimental
W.S. Monro and M.D. Engelhart memberikan definisi ‘experiment’sebagai berikut:
“Experimentation is the name given to the type of research in which theinvestigator controlsthe educative factors to which a child or group of children is subjected during the period of inquiry andobserves the resulting achievement”
“Eksperiment adalah sebuah nama yang diberikan kepada salah satu bentuk penelitian yang dilaksanakan seorang peneliti dengan cara mengatur faktor yang dipaparkan pada seorang anak atau sekelompok anak – anak selama masa tertentu dan kemudian peneliti tersebut mengamati hasil yang muncul”
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian eksperimental dilaksanakan dengan cara memberikan faktor atau perlakuantertentu (treatment) pada subjek penelitian, yang jumlahnya ditentukan peneliti sendiri mulai dari satu orang hingga banyak subjek sejaligus, dalam masa tertentu hingga diperoleh temuan yang kemudian dapat dianalisa oleh peneliti.
Penting bagi seorang peneliti untuk menentukan apa ranah eksperimennya, apakah termasuk pada proses penggunaan bahasa secara langsung yang disebut on-line process ataupost-perceptual yang meneliti dan mengukur tentang hasil dari proses berbahasa (misalnya apa yang diutarakan subjek penelitian tentang rangsangan yang mereka dengar) dari pada proses berbahasanya sendiri. Peneliti juga harus mengetahui kemungkinan efek dari rangsangan yang diberikan pada subjek penelitian, sebagai contoh eksperimen untuk mengingat sesuatu yang dibaca subjek tidak hanya melibatkan ingatan tapi juga melibatkan kemampuan membaca subjek itu sendiri.

2.2.1.      Eksperimen Psikolinguistik
Adapun eksperimen eksperimen yang sering dilaksanakan oleh peneliti psikolinguistik adalah sebagai berikut:
A.    Eksperimen Waktu Reaksi.
Eksperimen ini mengukur seberapa cepat seorang subjek merespon sebuah rangsangan. Keuntungan dari eksperimen eksperimen ini adalah lansung mengukur penampilan langsung dari subjek eksperimen tanpa terkait dengan cara subjek menentukan respon. Eksperime yang dilakukan berupaaktifitas sederhana bagi subjek sebagai pengalih bahwa subjek sedang diteliti, yang akan mempermudah peneliti mengetahui efek rangsangan yang diberikan terhadap subjek karena ketidaktahuan subjek terhadap tujuan eksperimen yang sedang dilakukan. Waktu reaksi (reaction times) atau lama waktu subjek merespon diukur menggunakan ukuran milisecond / milidetik.
Contoh eksperimenwaktu reaksi:
·         Phoneme/word monitoring (eksperimen pengamatan fonem / kata).
Subjek diminta mendengarkan suatu rekaman dan diminta menekan tombol saat mendengar fonem atau kata tertentu. Proses ini dapat digunakan dalam tes ingatan terhatap bunyi yang mirip.
·         The naming task(eksperimen menamai).
Subjek diminta membaca suatu kata keras – keras. Waktu respon dihitung dari saat subjek melihat katanya hingga waktu awal subjek mengeluarkan suara untuk mengucapkan kata yang dimaksud.
·         Lexical decision (eksperimen menentukan kata secara leksikal).
Subjek diminta menekan tombol saat mendengar atau melihat kata sesungguhnya diantara rantetan kata – kata yang tidak bermakna. Data yang dapat diperoleh melalui eksperimen ini adalah (a) seberapa banyak kata yang telah disiapkan dapat dikenali, (b) seberapa banyak pengaruh pengalih perhatian terhadap pengenalan kata.
·         Word spotting (eksperimen menunjuk kata).
Subjek diminta mendengarkan deretan bunyi yang didalamnya dimasukkan kata – kata sebenarnya. Jika dapat mengenali kata yang disisipkan tadi, subjek diminta menekan tombol. Eksperimen ini mengukur bagaimana subjek memaknai bunyi yang didengarnya.
B.     Eksperimen menunjukkan sesuatu
Dalam eksperimen ini subjek diminta menunjukkan atau menentukan apakah suatu fitur bahasa tertentu muncul dan / atau tempat munculnya fitur tersebut. Peneliti kemudian mencatat fitur apa saja yang tidak terdeteksi atau rentang jarak antara fitur yang sebenarnya dengan fitur yang ditunjukkan subjek. 
Contoh eksperimen menunjukkan sesuatu:
·         Phoneme restoration(eksperimen mengenali fonem yang samar).
Subjek diminta mendengarkan kalimat – kalimat yang didalamnya terdapat fonem yang disamarkan. Dalam kegiatan ini akan terdeteksi apakah subjek dapat menunjukkan fonem – fonem yang dihilangkan atau disamarkan tersebut.
C.    Eksperimen interpretasi input linguistik.
·         Shadowing (eksperimen membayangi).
Subjek diminta mendengarkan rekaman dan mengulangi apa yang mereka dengan secepatnya setelah pembicara. Ekperimen membayangi ini memperlihatkan daya tangkap / daya faham subjek terhadap bahasa lisan terutama melalui kesalahan yang dibuat subjek.
·         Gating (eksperimen potongan kalimat).
Materi yang digunakan dalam eksperimen ini adalah sebuah pernyataan yang cukup panjang yang dipotong kedalam beberapa bagian kecil (dalam bahasa inggris disebut ‘gates’). Subjek diperdengarkan bagian pertama, lalu diminta menuliskan apa yang didengarnya. Kemudian kembali diperdengarkan bagian pertama yang ditambah bagian kedua, subjek diminta menulis bagian kedua dan membetulkan bagian pertama yang dirasa kurang tepat. Eksperiment ini terus dilanjutkan dengan bagian yang diperdengarkan yang terus ditambah.
·         Masking (eksperimen kalimat kabur).
Dalam eksperimen ini subjek diperdengarkan rekaman kalimat – kalimat yang berlatar belakang suara ribut atau diminta membaca teks yang sebagiannya ditutupi. Subjek kemudian diminta melaporkan apa yang dipahaminya. Bentuk lain dari eksperimen ini dapat berupa meminta subjek menceitakan apa yang difahaminya dari rekaman yang hampir tidak terdengar.
D.    Eksperimen penyimpanan leksikal dan kecepatan menggunakannya.
·         Word association (eksperimen asosiasi kata).
Pendekatn yang berguna untuk mengetahui proses penyimpanan kata dalam jaringan semantik pada otak. Kegiatannya berupa pemberian satu kata kepada subjek dan memintanya menuliskan kata yang muncul dalam benak nya saat mendengar kata yang diberikan peneliti.
·         ’Tip of the Tongue’ (eksperimen ujung lidah).
Peneliti memberikan definisi suatu kata namun definisi yang diberikan tidak begitu jelas, lalu meminta subjek menyebutkan kata yang dimaksud. Kemungkinan akan muncul berbagai kata yang mirip definisinya dengan kata yang dimaksud peneliti, hal ini akan memberikan gambaran tentang apa yang terjadi jika kita diminta mencari atau mengingat suatu kata.
·         Priming (ekperimen kata pancingan).
Ditunjukkan sebuah kata kepada subjek, yang kemudian melanjutkan dengan kata berikutnya yang terkait dengan kata pertama.

E.     Eksperimen ingatan.
·         Recall (eksperimen mengingat kembali)
Subjek diminta mengingat sebanyak – banyaknya kata yang tersedia dalam sebuah daftar, kemudian diminta menyebutkan kembali kata – kata yang telah diingatnya.
·         Repetition (eksperimen pengulangan).
Subjek diminta mengulangi deret angka – angka, atau kata – kata,  atau selain kata – kata setelah peneliti. Deretan angka atau kata yang diberikan akan terus ditambah sampai subjek mencapai kapasitas maksimumnya dalam mengingat. Eksperimen ini mengukur sejauh mana batasan subjek dalam mengingat.
Dalam pelaksanaannya terdapat kesulitan tersendiri dalam melaksanakan eksperimentterhadap subjek anak –anak yang tergolong bayi dan balita. Hal ini  dikarenakan mereka mudah sekali teralihkan perhatiannya dari perlakuan (treatment) yang diberikan kepada mereka. Menurut John Field (2004:143) ada dua metode eksperimen yang terbukti sesuai untuk subjek anak – anak bayi atau balita.
(1)   The high amplitude sucking procedure (prosedur pengukuran tinggi rendah tingkat isapan bayi).
Telah diketahui bahwa seorang bayi mengisap air susu dalam ritme yang stabil jika tidak ada hal tertentu yang menarik perhatiannya, akan tetapi sang bayi akan bereaksi menghisap lebih cepat jika ada suatu hal yang menarik perhatinnya. Phenomena ini dapat digunakan dalam penelitian tentang kemampuan bayi membedakan segi bahasa yang mirip, perubahan ritme menghisap air susu pada bayi menunjukkan bahwa bayi tersebut dapat mengenali suatu bunyi atau suara yang berbeda dari bunyi atau suara yang telah diberikan sebelumnya.   
(2)   The operant headturn procedure (prosedur memalingkan kepala).
Dalam prosedur ini bayi di ajarkan untuk menoleh atau memalingkan kepalanya saat menemui rangsangan yang baru baginya. Dalam eksperimen ini pernah ditemukan rentang pergerakan kepala bayi yang tengah diobservasi mencapai 30o, yang menunjukkan bahwa bayi memang mengenali perubahan pada rangsangan yang dipaparkan kepadanya.Variasi dari procedur ini adalah “Headturn Preference Procedure” atau prosedur memalingkan kepala pada arah yang disukai, dimana rangsangan yang diberikan lebih dari dari satu (misalnya dua rangsangan sekaligus, yang diberikan dari arah berbeda). arah bayi menolehkan kepalanya diteliti dan ditentukan sebagai cara bayi menunjukkan rangsang mana yang lebih disukainya atau lebih menarik baginya .
Adapun untuk anak yang berumur lebih tua, prosedur “mendengarkan dan mengulang” dapat digunakan untuk menyelidiki tingkat ingatan Fonologis dan segmentasi leksikal anak. Dapat juga digunakan prosedur yang menggunakan gambar sederhana, yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemerolehan morfologi pada anak. 
Sebagai data perbandingan peneliti dapat menggunakan data penelitian yang telah dirangkum dalam database Child Language Data Exchange System (CHILDES) oleh Brian MacWhinney dan Catherine Snow, data didalamnya meliputi data – data dan temuan – temuan ratusan penelitian tentang bahasa anak dari berbagai bahasa.


Daftar Pustaka

Dardjowidjojo, Soenjono. (2005). Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, edisi kedua. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Field, John. (2005). Psycholinguistics: the key concepts. London: Routledge, Taylor & Francis e-Library.
Singh, Yogesh Kumar. (2006). Fundamental of Research Methodology and Statistics. New Delhi: New Age International (P) Ltd.

No comments:

Post a Comment