Wednesday 8 May 2013

DEFINISI DAN CAKUPAN PSIKOLINGUISTIK SERTA TINJAUAN BAHASA MANUSIA VS. BAHASA BINATANG


1.      PENGANTAR
Pada dasarnya orang tidak pernah membayangkan bahwa mereka telah melakukan suatu aktivitas yang rumit yakni berbahasa. Itu disebabkan bahasa yang mereka gunakan mengalir begitu saja. Padahal, jika kita telusuri lebih mendalam, proses tersebut tidaklah semudah itu. Pada saat lahir bayi mulai mendekut, meraban, dan kemudian dapat mengujarkan satu kata hingga ke tahap dua kata sehingga pada akhirnya terujar sebuah ujaran yang kompleks. Ilmu yang mempelajari tentang bahasa atau penyelidikan tentang bahasa itu dikenal dengan istilah linguistik.
Bahasa sendiri memiliki sebuah tata bahasa yang diinternalisasikan dibenak pengguna bahasa itu sendiri. Tata bahasa itu mengacu pada keseluruhan pengetahuan bahasa seseorang. Menurut Harras,(2009) Tata bahasa tidak hanya menyangkut masalah tata kalimat, tetapi juga fonologi dan semantik. Struktur- struktur bahasa tersebut pada hakikatnya akan dikaji dalam lingkup ilmu yang disebut psikolinguistik yang mencoba menerangkan bagaimana struktur bahasa dan bagaimana struktur ini diperoleh dan digunakan pada waktu bertutur dan memahami kalimat‑kalimat (ujaran‑ujaran).
Jadi yang menjadi pertanyaan besar sekarang adalah apa yang dimaksud dengan Psikolinguistik? Apakah kajian imu tersebut hanya mengupas masalah bahasa dan mental sesuai literal makna katanya atau justru tidak ada hubungannya sama sekali? Untuk mengetahui lebih lanjut, kita harus mengetahui bagamana sejarah psikolinguistik itu sendiri.
2.      SEJARAH LAHIRNYA PSIKOLINGUISTIK
Psikolinguistik adalah ilmu hibrida, yaitu, ilmu yang merupakan gabungan antara dua ilmu yaitu: Psikologi dan Linguistik. Ilmu ini sebenarnya sudah tampak pada permulaan abad ke 20 ketika psikolog Jerman Wilhelm Wundt menyatakan bahwa bahasa dapat dijelaskan dengan dasar prinsip-prinsip psikologis. Keterkaitan dalam ilmu ini, kemudian muncul tahap-tahap perkembangannya.
a.       Tahap Formatif
Dalam tahap ini Gardner mulai menggabungkan kedua ilmu ini yang kemudian di kembangkan oleh John Carrol yang menyelenggarakan seminar di universitas Cornel untuk merintis keterkaitan kedua ilmu ini. Dari sini, kemudian banyak ahli jiwa dan bahasa yang melakukan penelitian terarah pada kaitan anatara kedua ilmu ini. Dalam tahap inilah istilah psikoliguistik pertama dipakai.
b.      Tahap Linguistik
Dalam tahap ini lebih menekankan kepada bahasa pemerolehan yang didapatkan manusia pertama kali, yang ber orientasi kepada aliran behaviorisme dan mentalisme (nativisme) oleh ilmuwan Chomsky dan Skinner.
c.       Tahap Kognitif
Pada tahapan kognitif psikolinguistik lebih mengarah pada bahasa pemerolehan manusia terkait secara genetik dengan pertumbuhan biologis. Yang dimaksud adalah, ketika manusia itu lahir, dia sudah membawa sifat keturunan dari gen’nya.
d.      Tahap  Teori Psikolinguistik
Pada tahap akhir ini Psikolinguistik tidak lagi berdiri sebagai ilmu yang terpisah antara psikologi dan linguistik saja tetapi juga menyangkut ilmu-ilmu lain seperti neurologi, filsafat, primatologi dan genetika.
3.      DEFINISI PSIKOLINGUISTIK
Secara etimologis, istilah Psikolinguistik berasal dari dua kata, yakni Psikologi dan Linguistik. Seperti kita ketahui kedua kata tersebut masing-masing merujuk pada nama sebuah disiplin ilmu.
Pakar psikologi sekarang ini cenderung menganggap psikologi sebagai ilmu yang mengkaji proses berpikir manusia dan segala manifestasinya yang mengatur perilaku manusia itu. Sedangkan definisi psikolinguistik menurut para Ilmuwan diantaranya adalah sebagai berikut:
a.       Aitchison (1998:1)
“study tentang bahasa dan minda”
b.      Harley (2001:1)
            “studi tentang proses-proses mental dalam pemakaian bahasa”
c.        Clark  (1977:4)
“psikologi bahasa berkaitan dengan tiga hal utama : komprehensi, produksi, dan  pemerolehan bahasa”
Komprehensi               : proses-proses mental yang dilalui manusia sehingga dia dapat   menangkap dan mengerti apa yang disampaikan.
Produksi                      :proses mental pada diri kita yang membuat kita dapat berujar seperti yang kita ujarkan.
Pemerolehan bahasa  : bagaimana anak memperoleh bahasa mereka.

Dari definisi – definisi tersebut, Psikolinguistik secara umum dapat di artikan sebagai ilmu yang mempelajari proses-proses mental yang digunakan manusia dalam berbahasa atau berkomunikasi. Secara praktis, psikolinguistik mencoba menerapkan pengetahuan linguistik dan psikologi pada masalah‑masalah seperti pengajaran dan pembelajaran bahasa, pengajaran membaca permulaan dan membaca lanjut, kedwibahasaan, penyakit bertutur seperti afasia, gagap dan sebagainya, komunikasi, pikiran manusia, dialek-dialek, pijinisasi, dan kreolisasi, dan masalah‑masalah sosial lain yang menyangkut bahasa seperti bahasa dan pendidikan, bahasa, dan pembangunan bangsa.
Selain itu, dari definisi‑definisi tersebut, jelaslah bahwa psikolinguistik adalah ilmu antardisiplin yang dilahirkan sebagai akibat adanya kesadaran bahwa kajian bahasa merupakan sesuatu yang sangat rumit. Dengan demikian, satu disiplin ilmu saja tidaklah dapat dan tidak mampu menerangkan hakikat bahasa. Kerja sama antardisiplin semacam itu tidaklah merupakan hal yang baru dalam bidang ilmu. Ilmu antardisiplin yang lain telah lama ada seperti neuropsikologi, sosiolinguistik, psikofisiologi, psikobiologi, psikofarmakologi, dan sebagainya.

4.      KODRAT, PENGERTIAN DAN KOMPONEN  BAHASA
Dari segi yang paling sederhana, bahasa adalah sebuah sarana atau alat untuk berkomunikasi. Tak dipungkiri  manusia adalah ‘mahluk berbahasa’. Itu terjadi karena setiap aktivitas yang dilakukan manusia tak dapat lepas dari kegiatan berbahasa itu sendiri karena pada dasarnya manusia juga merupakan mahluk sosial yang mengunakan bahasa sebagai sarana berinteraksi satu dengan yang lainnya. Namun, jika ditinjau dari definisi yang sederhana itu maka tidak menutup kemungkinan bahwa hewan juga memiliki bahasa yang mana digunakan untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Contohnya: seekor kucing mengeluarkan bunyi tertentu ketika dia merasa tidak suka dengan kucing lain. Kemudian ayam yang mengeluarkan bunyi berbeda saat berkokok akan bertelur,dan saat menunjukan makanan. komunikasi semut dengan bersentuhan antena dalam memelihara organisasi intrakoloni yang mana sering disebut  menggunakan  "bahasa antena". Walaupun disatu pihak ada persamaan, tetapi ada perbedaan mencolok antara cara hewan ‘berbahasa’ dengan cara manusia. Untuk itu kita harus menkaji apa definisi tentang bahasa itu sendiri dan apa ciri-ciri  khusus bahasa yang membedakan antara manusia dengan binatang.
Menurut soenjono (2003), bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya. System itu sebenarnya sangatlah kompleks yang saling berhubungan dan membentuk suatu konstituen yang hierarkis.
Pada aliran linguistik manapun bahasa selalu dikatakan memiliki tiga komponen yaitu:
TATA BAHASA

FONOLOGI             SINTAKSIS              SEMANTIK
              Pola bunyi                     pola kalimat                 pola makna
Karena sintaksis itu merupakan dasar yang paling penting, maka kajian utama psikolinguistik ini akan banyak bertumpu pada kaidah sintaktik. Secara teoretis, tujuan utama psikolinguistik ialah mencari satu teori bahasa yang tepat dan unggul dari segi linguistik dan psikologi yang mampu menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya. Dengan kata lain, psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat struktur bahasa dan bagaimana struktur ini diperoleh dan digunakan pada waktu bertutur dan memahami kalimat‑kalimat (ujaran‑ujaran).
5.      BAHASA MANUSIA VS BAHASA BINATANG
Untuk membandingkan antara bahasa manusia dan binatang tentunya kita harus meninjau kembali apa arti dari bahasa itu sendiri sehingga kita dapat mengetahui unsur-unsur penting dari bahasa.
Aitchison(1984), menyatakan bahwa karakteristik bahasa manusia dan perbandingannya dengan ‘bahasa’ binatang itu adalah sebagai berikut:
1.      Manusia menggunakan  Jalur Vokal‑Auditoris dalam berbahasa
Ciri ini merupakan karakteristik bahasa yang paling tampak. Bunyi bahasa dihasilkan oleh alat ucap manusia dan mekanisme pendengaran menerimanya. Penggunaan bunyi juga banyak digunakan oleh binatang sebagai sarana komunikasi. Akan tetapi, tidak semua sinyal bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap. Burung pelatuk dengan paruhnya mematuk di pohon‑pohon, jangkerik mengerik dengan sayapnya, ular getar (rattle snake) bersuara dengan menggetarkan ekornya, tetapi memang ada binatang yang menggunakan alat ucapnya untuk menghasilkan sarana komunikasi, seperti burung, sapi, kera, serigala. Meskipun demikian, kelompok yang terakhir itu tidak memiliki ciri‑ciri bahasa yang lain.
2.      Manusia menggunakan lambang yang bersifat arbitrer dalam berbahasa
Ciri ini mempunyai makna bahwa bahasa manusia itu menggunakan lambang yang bersifat sewenang‑wenangatau arbitrer. Artinya, antara lambang dengan yang dilambangkan tidak mempunyai hubungan makna. Kita tidak tau kenapa suatu kata disebut botol, tas dan kata lain disebut  menonton, melamun dll. Itu terjadi karena bahasa merupakan hasil kesepakatan bersama atau konvensi. Tetapi, harus juga dicermati bahwa terdapat kontroversi antara teori arbitrer itu dengan teori yang lain yakni antara kelompok anomaly dan kelompok analogi
Kelompok anomali adalah kelompok yang sepaham dengan teori arbitrer tersebut,sedangkan kelompok analogi berpendapat bahwa ada hubungan antara lambang dengan sesuatu yang dilambangkan. Beberapa contoh dikemukakan sebagai berikut.
-          Jangkerik   :  bunyinya krik, krik, krik
-          Cicak         :  bunyinya cak, cak, cak
-          Tokek        :  bunyinya tokek, tokek dan sebagainya.
Contoh itu menunjukkan terjadinya bahasa karena peristiwa onomatope atau tiruan bunyi. jadi, ada alasan mengapa sesuatu dinamakan sesuatu; atau ada hubungan antara lambang dengan sesuatu yang dilambangkan. Contoh lain gejala semacam itu tampak pada apa yang disebut sebagai apelativa, yakni penyebutan sesuatu berdasarkan penemu, pabrik pembuatnya, atau nama dalam sejarah. Misalnya: ikan mujair penemunya Pak Mujair. Selain itu, gejala etimologi rakyat dalam berbagai bahasa daerah di Indonesia, terutama dalam bahasa jawa yang dikenal dengan kerata basa, juga merupakan petunjuk adanya aliran analogi
Contohnya. Krikil karena keri marang sikil ( geli pada kaki)
3.      Manusia menggunakan kata yang mempunyai makna dalam berbahasa
Ciri ini berarti bahwa bahasa mengacu pada objek atau tindakan. Bagi manusia, kursi berarti tempat duduk yang berkaki empat dan memiliki sandaran. Manusia dapat membuat generalisasi dengan menerapkan nama kursi itu untuk semua jenis kursi dan tidak hanya untuk satu tipe kursi saja. Lebih jauh lagi, kebermaknaan dapat pula mengacu pada tindakan. Misalnya, melompat mempunyai makna ‘melakukan gerakan dengan mengangkat kaki ke depan, ke bawah, atau ke atas, dengan cepat’.Karena itu ciri ini merupakan ciri bahasa yang khas manusia.
4.      Manusia menggunakan sistem transmisi budaya dalam mewariskan bahasa ke generasi selanjutnya.
Ciri ini menunjukkan bahwa bahasa manusia itu diturunkan dari generasi sebelumnya. Peranan pengajaran dalam dunia binatang tidak begitu jelas. Kita tidak tahu persis apakah burung itu mengajari anaknya untuk menyanyi atau berkomunikasi, atau anaknya belajar dari induknya untuk berkomunikasi.
5.       Manusia menggunakan bahasa secara spontan
Ciri ini bersifat sosial. Menggunakan bahasa secara spontan menunjukkan manusia itu dapat memulai berbicara secara manasuka.
6.      Manusia menggunakan bahasa secara bergantian atau bergiliran
Ciri ini menunjukkan bahwa bahasa manusia dapat digunakan secara bergiliran. Ketika seseorang sedang berbicara, maka yang lain mendengarkan dan kemudian ganti berbicara, jika diperlukan. Dalam sebuah percakapan, misalnya, kita tidak akan berbicara sementara lawan kita sedang berbicara. Kita menunggu giliran kita berbicara dengan sopan walaupun pada situasi tertentu hal ini tidak terjadi karna adanya overlap.
7.      Manusia menggunakan gabungan unit-unit fonem atau morfem dalam berbahasa
Ciri ini menunjukkan bahwa bahasa manusia itu diorganisasikan menjadi dua tataran, yakni kesatuan dasar yang berupa bunyi tuturan seperti bunyi /a/, /p/, /e/, /l/, tidak akan bermakna apabila berdiri sendiri‑sendiri. Tetapi demikian bunyi itu bergabung menjadi satu unit, /apel/, maknanya jelas sekali, yakni sejenis buah-buahan.
8.      Manusia dapat menggunakan bahasa untuk menceritakan sesuatu yang tidak hadir atau tidak di depan mata.
Ciri ini mengandung makna bahwa bahasa itu dapat digunakan untuk menceritakan benda atau sesuatu yang jauh dalam pengertian tempat dan waktu. Manusia dapat menceritakan lady gaga  yang berada di tempat yang jauh, menceritakan rencana baik jangka panjang maupun jangka pendek.
9.      Manusia menggunakan pola bahasa yang terstruktur
Manusia tidak hanya sekadar menerapkan rekognisi sederhana atau teknik penghitungan ketika berbicara kepada orang lain. Mereka secara otomatis mengenali pola hakikat bahasa dan memanipulasikan kotak struktur. Manusia dapat mengatur kalimat aktif itu menjadi kalimat pasif berdasarkan kaidah yang dimilikinya.
10.  Manusia menggunakan bahasa secara kreatif
Ciri ini sering juga disebut sebagai keterbukaan atau produktivitas. Manusia dapat berbicara tentang apa pun tanpa menimbulkan masalah kebahasaan bagi dirinya maupun bagi pendengamya. la dapat berbicara apa yang diinginkannya dan kapan ia mau berbicara. Ia dapat memilih menggunakan bahasa dengan cara halus, dengan cara kasar atau dengan cara lainnya,misalnya seorang kakak bisa menggunakan ujaran berikut untuk menyuruh adiknya agar mau makan “adik, cepat makan!” atau “adik, makan yuk! Nanti kakak belikan mainan”.
Setelah kita mengkaji ciri‑ciri bahasa tersebut, dapatkah kita katakan bahwa binatang itu dapat berbahasa atau dapat berbicara? Bila untuk mengukur binatang itu berbahasa atau tidak didasarkan pada kesepuluh ciri tersebut, maka jawabnya jelas bahwa binatang itu tidak berbahasa atau tidak berbicara. Binatang hanya memiliki sebagian kecil dari ciri‑ciri tersebut dalam keadaan terbatas. Sehingga seperti yang di usulkan oleh pakar linguistik Thomas dalam buku Penagntar Psikolingustik bagi Pembelajar Bahasa Perancis(su’udi,2011),agar orang tidak menggunakan istilah ‘bahasa’ ketika berbicara tentang system tanda dalam dunia binatang.




Referensi:

Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Harras, K.A. dan Bachari, D.A. 2009. Dasar-dasar Psikolinguistik. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.

Su’udi,Astini.2011.Penagntar Psikolingustik bagi Pembelajar Bahasa
Perancis.Semarang:Widya Karya.

No comments:

Post a Comment