Tentang Psikolinguistik


1.       Psikololinguistik membahasa kegiatan mental dan fisik:
a.       Kegiatan psikolinguistik yang bersifat konkrit / dapat di amati.
Kegiatan konkrit adalah kegiatan fisik yang dapat diamati misalnya pada perkembangan organ bicara dari mulai manusia mengeluarkan bunyi (karena organ bicaranya belum sempurna) sampai manusia bisa memproduksi bunyi / ujaran dengan baik dan berterima karena organ bicaranya telah sempurna.
Contoh yang berhubungan dengan kematangan organ bicara (articulatory organ)
-          Anak umur 1 tahun belum bisa mengucapkan bunyi ‘r’, bunyi ini akan terucap ‘l’
-           Anak yang giginya belum tumbuh banyak akan kesulitan mengucapkan bunyi ‘ef’ sehingga akan terucap ‘ep’ tetapi tetap dipahami sebagai ‘ef’

b.      Kegiatan psikolinguistik yang bersifat abstrak/ tidak dapat diamati.
Kegiatan mental / abstrak tidak bisa diamati karena berhubungan dengan:
-           proses informasi dari manusia mendengar dan merespon bunyi yang (terjadi didalam otaknya) sampai munculnya ujaran.
-           ‘bank kata’ pada tiap-tiap individuyang banyaknya tidak bisa dihitung, karena akan bertambah atau berkurang menurut prioritas memorinya. 

2.       Mempersingkat penelitian longitudinal
Penelitian longitudinal memerlukan waktu panjang yang otomatis memerlukan biaya dan kesabaran observasi yang lama juga. Untuk mempersingkat penelitian longitudinal dengan hasil yang sama maka digunakan cara ‘cross sectional method’.
Misalnya kita ingin meneliti :
Variable                               : Kemampuan bayi membedakan suara ibunya dengan suara bukan ibunya
Subyek                                 : bayi umur 1 bulan sampai 6 bulan
Waktu penelitian             : 6 bulan

Dengan ‘ cross sectional method’ menjadi:
Variabel                               : Kemampuan bayi membedakan suara ibunya dengan suara bukan ibunya
Subyek penelitian            : bayi-bayi umur 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan dan 6 bulan.
Waktu penelitian             : 1 bulan
  
3.       Teori psikolinguistik dalam pengajaran bahasa kedua.

Dengan mengetahui kemampuan manusia dalam  pemerolehan bahasa maka kita bisa menentukan teknik / metode pengajaran bahasa pada usia tertentu dan menyusun silabus yang sesuai dengan kemampuan pemerolehan bahasa tersebut.

Contoh: syllabus untuk siswa TK (umur 4-5 tahun)
Kemampuan pemerolehan bahasa anak umur 5 tahun adalah :
                Memahami kalimat deklaratif sederhana
                Memahami kalimat performatif sederhana
                Sifatnya kata/kalimatnya here and now


Kemampuan kognitif/psikomotor: menirukan (imitating)

Dari kemampuan diatas bisa dibuat lesson plan /rencana pelaksanaan pembelajaran sbb:
                Pada akhir pelajaran siswa mampu menirukan dan memahami kalimat perintah
                sederhana.
Materi pembelajaran:
                Imperatif sederhana:
-          Stand up
-          Sit down
-          Jump up
                Teknik pembelajaran :
-          Total Physical Response

4.       Alasan orang Indonesia sulit mengucapkan kata ‘soft’
Alasan yang pertama : dalam bahasa Indonesia (juga Jawa) tidak ditemukan akhiran ‘ft’ sehingga native speaker (Indonesia dan Jawa) tidak punya neurolofisiologis trace pada kata-kata yang berakhiran ‘ft’ tersebut.
Alasan kedua : tidak ada bunyi, dalam bahasa Indonesia, yang akhirannya mendekati bunyi ‘ft’
Dari kedua alasan tadi bisa dipahami kalau orang Indonesia mengucapkan kata ‘soft’ dengan bunyi [sof].

5.       Ambiguitas pada kata ‘what a girl’ dan ‘luar biasa’
Kata ‘what a girl’ dan ‘luar biasa’ termasuk dalam golongan ambigu suprasegmental.
Dalam ambigu suprasegmental, intonasi menyebabkan keraguan pendengar dalam memahami arti ujaran yang sedang diucapkan seseorang. Dalam bahasa lisan, dimana pembicara dan pendengar ada pada situasi tertentu, keduanya akan langsung memahami bahwa ujaran ‘luar biasa’ yang disertai intonasi tertentu –tinggi dan menekan- umum digunakan untuk menyatakan kemarahan atau ketidak puasan.
Contoh:
Situasi:  
                Seorang anak (sebut saja Jono) naik ke atas pohon.
                 Orangtuanya melihat, khawatir kalau anaknya jatuh.
                  Kalimat orangtua :
                                “Jono…! Turun…! (Ketika Jono sudah turun)
                                “Jono… luar biasa… sudah pinter ya naik-naik pohon.”
                Kalimat luar biasa di atas merupakan ungkapan kejengkelan / kemarahan.

Situasi 2:
                Jono mendapat nilai 10 di pelajaran matematika dan menyerahkan hasilnya ke ibunya.
                Kalimat ibu (sambil geleng-geleng kepala):
                                “Jono, luar biasa!.”         
                Kalimat luar biasa diatas merupakan ungkapan pujian.

Begitu pula yang terjadi pada kalimat ‘what a girl!’
Situasi 1:
                Seorang anak perempuan menumpahkan segelas susu. Ibunya, sambil membersihkan susu
                berkata, “What a girl!”  sebagai ungkapan marah.
Situasi 2:
                 Seorang anak perempuan memakai di hari ulang tahunnya mengenakan baju baru
                sehingga dia tampak cantik, ibunya memuji dengan mengucapkan, “What a girl!”




               
Tahapan pemerolehan bahasa anak.
a.       Tahapan ‘here’ and ‘now’ pada pemerolehan kosa kata pada anak
Here and now (sini dan kini) adalah ciri kosa kata yang dikuasai anak pada permulaan pemerolehan bahasa. Anak belum bisa memproduksi kata yang bendanya tidak bisa dia bayangkan atau lihat sebelumnya. Here merujuk pada keberadaan benda yang bisa dilihat dijangkauan penglihatan anak. Now merujuk pada keberadaan benda saat ini.
Sebagai contoh: kita menunjukkan beberapa makanan pada seorang anak dan kita mengatakan pada anak tersebut “Ini donat, ini permen, ini krupuk,” kemudian kita minta anak tersebut mengulangi kata dan menunjuk bendanya, anak tersebut bisa melakukan. Tetapi kalau kita, tanpa menunjukkan bendanya mengatakan, “Dik, besok minggu kita ke toko ADA, Superman nyanyi di sana lho. Mau?” maka anak akan bingung membayangkan ‘besok minggu’, ‘superman’, toko ADA karena semua  kata yang kita sebut tidak ada dalam bayangan anak tersebut.  

b.      Pivot grammar pada pemerolehan struktur pada anak.
Pivot grammar adalah struktur kalimat awal yang dikuasai anak pada tahapan pemerolehan bahasa yaitu pada tahap Ujaran Dua Kata. Umumya terdiri dari dua kalimat. Su’udi, dalam bukunya  Pengantar psikolinguistik bagi Pembelajar Bahasa Perancis, menggunakan istilah tata bahasa terporos untuk pivot grammar. Tata bahasa ini terdiri dari dua kata sederhana (tanpa imbuhan) bisa berupa:
-          Kata benda - kata benda               : den tutu            (Faden susu) 
-          Kata benda – kata kerja                                : den bobok        (Faden bobok)
-          Kata benda – kata sifat                  : ea  antuk           (mbak Elsa ngantuk)
Kata den, ea adalah kata yang dikenalnya lebih dulu karena den adalah namanya sendiri, Faden, dan ea adalah nama kakaknya, Elsa.(saya menggunakan contoh Faden anak kedua saya yang sekarang berumur 9 tahun). 

No comments:

Post a Comment

Cara menghindari jurnal predator

Bisnis publikasi jurnal di Indonesia semakin menjanjikan dan menggiurkan bagi para pengelola jurnal. Pasalnya, banyak oknum yang lebih memen...