Adakah ambiguitas
suprasegmental dalam wacana tulis? Mengapa? Bagaimana kemungkinan terjadinya
ambiguitas leksikal dalam komunikasi lisan?
-
Ambiguitas
suprasegmental terjadi karena intonasi dalam bertutur tidak jelas, seperti
intonasi perintah, bertanya, marah dll.
Menurut saya, ambiguitas
suprasegmental ini kerap terjadi bukan hanya dalam bahasa lisan, tetapi juga
wacana tulis, akan tetapi intonasi berwujud tulisan peringatan dengan mengubah
semua/beberapa huruf menjadi Kapital atau bahkan tanda / ikon / symbol tertentu,
seperti tanda ‘!’, ‘-_-‘, ‘:-D’ dsb
Contohnya: -
bahasa SMS seorang istri terhadap suami, ‘kamu pulangnya besok pagi aja
sekalian!!! gpp’
Meskipun
dalam bahasa tulis, contoh semacam ini dapat digolongkan kedalam
ambiguitas
suprasegmental karena sangat rancu dalam berintonasi atau menuturkan sebuah ekspresi dengan symbol
tanda ‘!’ . Makna pertama ‘marah, dikarenakan suami belum juga pulang sampai
larut malam. Makna kedua ‘pengertian, karena takut terjadi apa-apa pada malam
hari, suami disuruh pulang pagi sekalian’.
-
Ambiguitas leksikal
bermakna lebih satu, dapat mengacu pada benda yang berbeda, sesuai dengan
lingkungan pemakainya dan biasanya terjadi dalam bahasa tulis. Kemungkinan
terjadinya ambiguitas leksikal dalam komunikasi lisan disebabkan oleh
penggunaan susunan kata yang tidak tepat, tidak lengkap dan teratur atau juga
pengucapan yang kurang jelas oleh si penutur.
Contohnya: (-) “Saya
mau berjalan ke [bank/bang] itu”
Penutur
tidak jelas dalam menyampaikan ujaran atau tidak tepat dalam menyusun kata, ke
‘bang / abang’ atau ke ‘bank’. Seharusnya penutur harus lebih jelas atau
lengkap dalam menyampaikan hal tersebut.
(-) Seseorang
berbicara dengan Sumanto dengan menudingkan jari ke arah anak kecil (Penutur
tidak menggunakan kalimat yang lebih lengkap) “Anak itu haram”
Makna pertama ‘anak
tersebut haram untuk dimakan’
Makna kedua ‘anak hasil perkawinan
diluar pernikahan yang sah’
No comments:
Post a Comment