POKOK-POKOK
MATERI FILSAFAT ILMU
MATERI FILSAFAT ILMU
•
Pengertian Filsafat
–
Terminologi
:
Istilah Filsafat (IND) = Falsafah(ARAB),
Philosophy (INGG), Philosophia (LATIN), Philosophie (BLD, JERMAN, PRANCIS),
Semua istilah itu bersumber pada istilah
Philosophia (YUNANI)
u Philosophia :
–
Philein
+ Sophos = mencitai hal-hal yg bersifat bijaksana
–
Philos
+ Sophia = teman kebijaksanaan
–
Philosophos
= pencinta kebijaksanaan
u Sikap mencitai - paradoksal
–
Memiliki
X Mempersoalkan
(an unended
quest – an unfinished journey)
Kesimpulan
–
Filsafat sebagai upaya terusmenerus, proses
mencari kebenaran melalui sikap kritis, selalu bertanya sampai pada persoalan
yg paling dasar/hakiki
–
Orang semakin memahami makna segala sesuatu,
termasuk makna kehidupan ini.
Sifat dari filsafat
Filsafat adalah sikap hidup
Filsafat adalah cara/metode berfikir reflektif
dan rasional
Filsafat adalah sekelompok persoalan:
–
Apakah hakikat sesuatu (metavisika) -
(mns, alam semesta, Tuhan, ilmu )
–
Dari manakah datangnya ilmu/pengetahuan,
–
Apakah kebenaran (epistemologi).
Philosophy is the attempt to give a reasoned
conception of the universe and of man’s place it
(Fils adalah usaha untuk memberikan pemahaman
konsep alam semesta dan tempat manusia berada)
–
J.A. Leighton :fils yg lengkap mencakup alam
semesta/jagat raya, alam kehidupan, doktrin-doktrin, nilai, makna dan tujuan
kehidupan.
Philosophy as the endeavor to achieve a
comprehensive view of life and its meaning, upon the basis of the results of
the various sciences.
(Filsafat sebagai
usaha sungguh2 untuk mencapai pemahaman menyeluruh tentang arti dan makna
kehidupan, yg berdasarkan hasil macam-macam ilmu.
Each person must make decisions and act.
–
Kehidupan mendorong kita utk menentukan jawaban
atas pertanyaan2 ttg kebenaran dan kesalahan, kecantikan dan kejelekan,
kebaikan dan keburukan. Kita harus menetapkan standar2 dan tujuan2nya. Fils dpt
memberikan dasar utk tindakan2 sosial bagi tingkah laku pribadi.
Our conduct is our own, and we are really free
only when we rely upon inner controls or self-chosen ends.
–
Tingkah laku kita adalah milik kita, dan kita
benar-benar bebas hanya jika kita percaya akan kontrol diri sendiri dan
berakhir dengan pilihan sendiri
–
Fils membekali pemahaman esensial, komprehensif
dan normatif
Philosophy is one of the best means by which to
foster the habit of reflection
–
Fils adalah salah satu cara terbaik utk
memelihara kebiasaan berfikir kritis
–
Fils membantu orang memperluas wawasan hidup dan
cakrawala dunianya, menjadikan ia lebih hidup, kritis, inteligen.
We life in an age of uncertainty and change,
when many of the older beleifs and ways of doing things are inadequate.
–
Kita senantiasa hidup dalam ketidak pastian dan
penuh perubahan, manakala banyak kepercayaan2
–
Dalam suasana seperti ini kita membutuhkan
seperangkat nilai2 dan petunjuk2, kesatupaduan ditengah kekacauan, integrasi
diri.
POSISI FILSAFAT ILMU SEBAGAI CABANG PENGETAHUAN FILSAFAT
1.
METAFISIKA
–
METAFISIKA
UMUM (ONTOLOGI)
–
METAFISIKA
KHUSUS (PSIKOLOGI, KOSMOLOGI, THEOLOGI)
2.
EPISTEMOLOGI: TEORI
PENGETAHUAN
(Theory of knowledge)
TEORI
PENGETAHUAN ILMIAH (Theory of Science) =
FILSAFAT ILMU ( Philosophy of Science)
AKSIOLOGI
/ TEORI NILAI
(LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA, RELIGI)
RUANG LINGKUP PERSOALAN
FILSAFAT ILMU
ARTI FILSAFAT ILMU (Philosophy of science)
–
Cabang fils yang mengkaji ilmu dalam perspektif
filosofis:
Objek materi (hal yg dikaji): ilmu (Science)
Objek formal (sudut pandang) : ilmu ditinjau dari
segi hakikat (ontologis), cara kerja keilmuan (epistemologis) dan norma2 dasar
keilmuan (aksiologis).
MENGAPA CALON MAGISTER-PROFESIONAL PERLU BELAJAR FILSAFAT
ILMU
A. Tuntutan kompetensi akademik :
Lulusan
program S2 diarahkan menjadi ilmuwan, profesional, diharapkan
mampu menerapkan dan mengembangkan ilmu (penelitian, eksperimentasi,
implementasi)
- Dalam praktiknya di lapangan
mereka
menghadapi
permasalahan mendasar:
Dalam penerapan, pengembangan dan penemuan teori/ilmu tidak cukup hanya
mendasarkan pada ketrampilan pengetahuan dan kemampuan penguasaan konsep-konsep
serta teori-teori keilmuan dalam bidangnya masing-masing, akan tetapi juga
landasan pemahaman mengenai hakikat ilmu (dasar ontologis), cara pengembangan
ilmu (dasar epistemologis), dan kaidah-kaidah moral-etika-agama sebagai dasar
pertimbangan mengenai untuk apa teori/ilmu itu dikembangkan, diterapkan, atau
ditemukan (dasar aksiologis).
Seorang ilmuwan dan profesional dituntut
pertanggungjawaban kemampuan pemahaman: ontologis, epistemologis dan aksiologis
keilmuan.
B.Tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan empiris: mengarah
spesialisasi yg makin meruncing disertai berbagai dampaknya.
–
Dampak positif :
Bagi Ilmuwan: memiliki fokus dan kedalaman
keilmuan
Bagi masyarakat: spesialisasi keilmuan disertai
temuan2 teknologinya dapat memfasilitasi kebutuhan, keperluan hidup manusia.
–
DAMPAK
NEGATIP
–
SEMAKIN
MERUNCINGNYA SPESIALISASI ILMU-ILMU EMPIRIS, YG MEMBAWA KONSEKUENSI SEMAKIN
RAGAM BIDANG-BIDANG KEILMUAN, SEKAT2 KEILMUAN, SIKAP ILMIAH ILMUWAN SEMAKIN
FOKUS DAN INTENS DALAM BIDANGNYA. IMPLIKASI YANG DITIMBULKAN, ILMU BERKEMBANG
MENUJU OTONOMINYA, SIKAP APATISME,
EGOISME, DAN ANARKHISME KEILMUAN.
–
Teknologi modern yang dihasilkan spesialisasi
secara ekstensif telah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan manusia, dan
secara intensif mampu merubah pola kehidupan manusia (pola budaya ) :
Kekeringan nilai-nilai :
–
Teknologi mendorong perkembangan pola pikir berorientasi praktis, rasional, empiris. Dapat terjebak ke arah
pola kehidupan yg materialis, pragmatis,
kering nilai2 etik spiritual dan nilai-nilai kesejarahan. Gaya hidup
konsumtif, materialistik, hedonistik, dan demoralisasi, dehumanisasi, dll.
–
Pengembangan ilmu dan teknologi harus
dikembalikan pada arti dan makna hakikinya (ontologi), prosedur, metode
pengembangan yg tepat bagi kepentingan manusia (epistemologi), dan norma2 dasar
imperatif yang harus ditaati untuk menentukan arah tujuan pengembangan ilmu
(aksiologi).
C. ILMU BERSIFAT DINAMIS
–
ILMU
BUKAN SESUATU/ ENTITAS YANG ABADI, ILMU SEBENARNYA TIDAK PERNAH SELESAI KENDATI
ILMU ITU DIDASARKAN PADA KERANGKA: OBJEKTIF, RASIONAL, SISTEMATIS, LOGIS DAN
EMPIRIS.
–
DALAM
PERKEMBANGANNYA ILMU TIDAK MUNGKIN LEPAS DARI MEKANISME KETERBUKAAN TERHADAP
KOREKSI.
–
ITULAH
SEBABNYA ILMUWAN DITUNTUT MENCARI ALTERNATIF-ALTERNATIF PENGEMBANGANNYA,
MELALUI KAJIAN, PENELITIAN, EKSPERIMEN BAIK MENGENAI ASPEK ONTOLOGIS,
EPISTEMOLOGIS DAN AKSIOLOGISNYA.
–
KARENA
ITU SETIAP PENGEMBANGAN ILMU / TEKNOLOGI
PALING TIDAK VALIDITAS (VALIDITY) DAN RELIABILITAS (REALIBILITY) DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN, BAIK BERDASARKAN
CONTEXT OF JUSTIFICATION
MAUPUN CONTEXT OF DISCOVERY
FILSAFAT – ILMU – PENGETAHUAN
Filsafat (Philosophy)
–
Esensial/hakiki
–
Komprehensif
–
Rasional
Ilmu (Science)
–
Eksperimental
–
Spesifik
–
Empiris
Pengetahuan (Knowledge)
–
Aktual
–
Fragmentaris
–
Pendapat umum
KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN ILMU
ABAD
YUNANI KUNO (6 SM - 3 SMð6
SM)
MITOS ðLOGOS (6 SM – 3 SM)
–
FILOSOFIS (6 M)
–
TOKOH: SOCRATES, PLATO, ARISTOTELES,
STOA, EPICURUS, PLOTINUS
ABAD TENGAH (15 M )
–
(TEOLOGIS)
–
TOKOH:AGUSTINUS, THOMAS AQUINO
(ANCILLA THEOLOGIA)
PARA FILSFUF ISLAM—AL FARABI,
IBNU RUSD
(GOLDEN AGES OF ISLAM)
ABAD
MODERN (---18 M – 19 M) RENAISSANCE (---18 M)
AUFKLARUNG ( 19 M) ð
ILMU
–
MODERN: ALIRAN PEMIKIRAN FILSAFAT:
RASIONALISME
EMPIRISME
KRITISISME
POSITIVISME
ABAD
KONTEMPORER (---20 M-- →)
–
PANDANGAN
BARU ABAD KE 20
–
IPTEK:
ILMU
BUKAN SEKEDAR SARANA
MENJADI
SESUATU YG SUBSTANSIF
MENYENTUH
SEMUA SEGI DAN SENDI
KEHIDUPAN SECARA EKSTENSIF
MEROMBAK BUDAYA SECARA INTENSIF
MANFAAT FILSAFAT ILMU
MENUMBUHKAN
SIKAP KRITIS:
–
KARENA
DIHADAPKAN PADA BERBAGAI TEORI PENGETAHUAN ILMIAH
(rasionalisme,
empirisme, kritisisme, rasionalisme kritis, idealisme/ spiritualisme,
materialisme, kapitalisme, positivisme)
MENGEMBANGKAN
KEMAMPUAN ANALISIS ILMIAH:
–
KARENA
SELALU DIHADAPKAN PADA BERBAGAI METODE PENGET ILMIAH
(induksi,
deduksi, sintesisme, heuristika, hermeneutika, versteighen, intuisionisme dll)
BERMANFAAT
PRAKTIS BAGI TUGAS PEKERJAAN:
–
KARENA
SELALU TERKAIT DENGAN MASALAH CARA KERJA ILMU.
–
(objektif,
metodologis, rasional, logis, sistematis)
KEBUTUHAN
PROFESIONAL:
–
KEMAMPUAN
UNTUK MELIHAT MASALAH DAN MENEMUKAN SOLUSI
(sasarannya
: menumbuhkan sikap kritis, ketajaman analisis ilmiah, menumbuhkan kesadaran
tanggung jawab moral ilmuwan/seseorang)
MENUMBUHKEMBANGKAN
KESADARAN DAN PEMAHAMAN TENTANG TANGGUNG JAWAB ILMUWAN PADA MASYARAKAT.
–
Dikembangkan
etos ilmiah, diperkaya pemahaman esensi keilmuan
ILMU
PENGETAHUAN TIDAK HANYA DIKEMBANGKAN DEMI KEPENTINGAN ILMU (PURITAN ELITIS),
TTP JUGA UNTUK KEPENTINGAN UMAT MANUSIA (PRAGMATIS).
PERSOALAN FILOSOFIS KEILMUAN
–
PERSOALAN ONTOLOGIS
–
PERSOALAN EPISTEMOLOGIS
–
PERSOALAN AKSIOLOGIS
Catatan:
Ketiga persoalan filosofis tersebut dinamakan
pilar-pilar flosofis keilmuan.
Penyangga, penguat bagi ekisistensi ilmu
Integratif dan sistemik
PERSOALAN ONTOLOGI
–
Problematik tentang keberadaan (eksistensi)
Aspek
kuantitas dari sesuatu
Apakah yang ada itu tunggal, dual atau plural
monisme,
dualisme, pluralisme.
Aspek
kualitas dari sesuatu (mutu, sifat)
Bagaimana batasan, sifat, mutu dari sesuatu
mekanisme, teleologisme, vitalisme dan
organisme.
MANFAAT ONTOLOGI BAGI DUNIA KEILMUAN
–
Dapat memberikan landasan bagi asumsi keilmuan
dan membantu terciptanya komunikasi interdisipliner dan multidisipliner.
Membantu pemetaan kenyataan, batas-batas ilmu
dan kemngkinan kombinasi antar berbagai ilmu.
Misal masalah krisis moneter, tidak dpt hanya
ditangani oleh ilmu ekonomi saja. Ontologi menyadarkan bahwa ada kenyataan lain
yg tidak mampu dijangkau oleh ilmu ekonomi, maka perlu bantuan ilmu lain
seperti politik, sosiologi.
PERSOALAN EPISTEMOLOGI
SUMBER, SARANA, PROSES, METODOLOGI, EVIDENSI.
FUNGSI EPISTEMOLOGI
SARANA LEGITIMASI BAGI ILMU/ MENENTUKAN
KEABSAHAN DIDIPLIN ILMU TERTENTU
MEMBERI KERANGKA ACUAN METODOLOGIS PENGEMBANGAN
ILMU
MENGEMBANGKAN KETRAMPILAN PROSES
MENGEMBANGKAN DAYA KREATIF DAN INOVATIF
PERSOALAN AKSIOLOGI
–
PERTIMBANGAN NILAI (ETIS, MORAL, RELIGIUS) DALAM
PENEMUAN, PENERAPAN / PENGEMBANGAN ILMU
FUNGSI AKSIOLOGI
–
MEMBERIKAN DASAR DAN ARAH PENGEMBANGAN ILMU
–
MENGEMBANGKAN ETOS KEILMUAN SEORANG PROFESIONAL
DAN ILMUWAN
BENTUK INTEGRATIF DAN SISTEMIK:
Idealisme membawa implikasi pendekatan irasional. Sifat metodologi
idealisme adalah spekulatif. Norma imperatifnya utopis
Rasionalisme membawa implikasi
pendekatan rasional. Sifat metodologi rasionalisme adalah logis. Norma
imperatifnya
Pengetahuan yang berdsarkan realisme membawa
implikasi pendekatan empiris. Sifat metodologi realisme adalah induktif. Norma
imperatifnya hedonistik.
Pengetahuan berdsrkan Kritisisme membawa
implikasi pendekatan kritis. Sifat metodologinya sintesis. Norma imperatifnya
eudaemonistik.
Beberapa aliran:
Idealisme : Pengetahuan yg sungguh2 ada adalah
dunia ide (Plato)
Realisme : Pengetahuan yg sungguh2 ada adalah
apa yg dapat dilihat, diserap dg indera (Aristoteles)
Kritisisme: Pengetahuan didasarkan pada dunia
ide dan inderawi (Immanuel Kant)
PRINSIP-PRINSIP BERFIKIR ILMIAH
Objektif :
–
Fokus/inten
–
Cara memandang apa adanya
Rasional :
–
Menggunakan akal sehat dg melepaskan unsur
perasaan, emosi, sistem keyakinan dan otorita.
Logis :
–
runtut / konsisten, implikatif
Metodologis
–
Menggunakan cara keilmuan tertentu: induksi,
deduksi, sintesis, intuisi.
Sistematis :
–
Bagian2 yg menyusunnya saling terkait dan
merupakan kesatuan utuh
–
Memiliki tahapan langkah yang jelas dalam
mencapai tujuan
TEORI KEBENARAN ILMIAH
COHERRENCE THEORY
–
Kebenaran terukur dari adanya keterkaitan logis
di antara pernyataan2/proposisi yang menyusunnya.Mendasarkan prinsip
keterkaitan logis.
CORRESPONDENCE THEORY
–
Kebenaran terukur dari adanya alat bukti yang
mendukungnya. Mendasarkan prinsip
kesesuaian empiris
PRAGMATIC THEORY
–
Kebenaran terukur dari adanya unsur manfaat,
kegunaan.
–
Benar jika bermanfaat
SARANA BERFIKIR ILMIAH
Bahasa
–
Lugas: tidak multi tafsir, bahasa baku/standar
–
Gramatikal : sesuai kaidah bahasa yg baik dan
benar
Matematika/Statistika
Logika:prinsip2 berfikir runtut (konsisten)
PROBLEM ETIKA
DALAM PENGEMBANGAN IPTEK
DALAM PENGEMBANGAN IPTEK
Perkembangan IPTEK tak dpt dihindari,atau
dihentikan,
IPTEK selalu membawa dampaknya, baik positif
maupun negatif
IPTEK hanya memberi manfaat bagi kehidupan mns
jika dikendalikan oleh sistem nilai etik – moral - agama.
Di luar kendali nilai, IPTEK hanya akan
merugikan kehidupan mns.
SOLUSI PERSOALAN
DALAM PENGEMBANGAN IPTEK
DALAM PENGEMBANGAN IPTEK
Iptek
harus kembali pada dasar ontologis, epistemologis dan aksiologisnya.
thanks ...and ka' aq bisa copy ke word nggak ?
ReplyDeleteBoleh :)
Delete