1. PENGANTAR
Pada dasarnya orang tidak pernah membayangkan bahwa
mereka telah melakukan suatu aktivitas yang rumit yakni berbahasa. Itu disebabkan bahasa yang mereka gunakan mengalir
begitu saja. Padahal, jika kita telusuri lebih mendalam, proses tersebut
tidaklah semudah itu. Pada saat lahir bayi mulai mendekut, meraban, dan
kemudian dapat mengujarkan satu kata hingga ke tahap dua kata sehingga pada
akhirnya terujar sebuah ujaran yang kompleks. Ilmu yang mempelajari tentang
bahasa atau penyelidikan tentang bahasa itu dikenal dengan istilah linguistik.
Bahasa sendiri memiliki sebuah tata bahasa yang
diinternalisasikan dibenak pengguna bahasa itu sendiri. Tata bahasa itu mengacu pada keseluruhan pengetahuan bahasa seseorang.
Menurut Harras,(2009) Tata bahasa tidak hanya menyangkut masalah tata kalimat,
tetapi juga fonologi dan semantik. Struktur- struktur bahasa tersebut pada
hakikatnya akan dikaji dalam lingkup ilmu yang disebut psikolinguistik yang mencoba menerangkan bagaimana struktur bahasa
dan bagaimana struktur ini diperoleh dan digunakan pada waktu bertutur dan
memahami kalimat‑kalimat (ujaran‑ujaran).
Jadi yang menjadi pertanyaan besar
sekarang adalah apa yang dimaksud dengan Psikolinguistik?
Apakah kajian imu tersebut hanya mengupas masalah bahasa dan mental sesuai literal
makna katanya atau justru tidak ada hubungannya sama sekali? Untuk mengetahui
lebih lanjut, kita harus mengetahui bagamana sejarah psikolinguistik itu
sendiri.
2. SEJARAH LAHIRNYA PSIKOLINGUISTIK
Psikolinguistik
adalah ilmu hibrida, yaitu, ilmu yang merupakan gabungan antara dua ilmu yaitu:
Psikologi dan Linguistik. Ilmu ini sebenarnya sudah tampak pada permulaan abad ke 20
ketika psikolog Jerman Wilhelm Wundt menyatakan bahwa bahasa dapat dijelaskan
dengan dasar prinsip-prinsip psikologis. Keterkaitan dalam ilmu ini, kemudian
muncul tahap-tahap perkembangannya.
a.
Tahap
Formatif
Dalam tahap ini
Gardner mulai menggabungkan kedua ilmu ini yang kemudian di kembangkan oleh
John Carrol yang menyelenggarakan seminar di universitas Cornel untuk merintis
keterkaitan kedua ilmu ini. Dari sini, kemudian banyak ahli jiwa dan bahasa
yang melakukan penelitian terarah pada kaitan anatara kedua ilmu ini. Dalam
tahap inilah istilah psikoliguistik pertama dipakai.
b.
Tahap
Linguistik
Dalam tahap ini lebih menekankan kepada bahasa
pemerolehan yang didapatkan manusia pertama kali, yang ber orientasi kepada
aliran behaviorisme dan mentalisme (nativisme) oleh ilmuwan Chomsky dan
Skinner.
c.
Tahap
Kognitif
Pada
tahapan kognitif psikolinguistik lebih mengarah pada bahasa pemerolehan manusia terkait secara
genetik dengan pertumbuhan biologis. Yang dimaksud adalah,
ketika manusia itu lahir, dia sudah membawa sifat keturunan dari gen’nya.
d.
Tahap Teori Psikolinguistik
Pada tahap
akhir ini Psikolinguistik tidak lagi berdiri sebagai ilmu yang terpisah antara
psikologi dan linguistik saja
tetapi juga menyangkut ilmu-ilmu lain seperti
neurologi, filsafat, primatologi dan genetika.
3. DEFINISI PSIKOLINGUISTIK
Secara etimologis, istilah Psikolinguistik berasal dari dua kata,
yakni Psikologi dan Linguistik. Seperti kita ketahui kedua kata tersebut
masing-masing merujuk pada nama sebuah disiplin ilmu.
Pakar psikologi sekarang ini cenderung menganggap psikologi
sebagai ilmu yang mengkaji proses berpikir manusia dan segala manifestasinya
yang mengatur perilaku manusia itu. Sedangkan definisi
psikolinguistik menurut para Ilmuwan
diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Aitchison
(1998:1)
“study tentang bahasa dan minda”
b.
Harley
(2001:1)
“studi
tentang proses-proses mental dalam pemakaian bahasa”
c.
Clark (1977:4)
“psikologi bahasa berkaitan dengan tiga hal utama :
komprehensi, produksi, dan pemerolehan
bahasa”
Komprehensi : proses-proses mental
yang dilalui manusia sehingga dia dapat menangkap
dan mengerti apa yang disampaikan.
Produksi :proses mental pada diri
kita yang membuat kita dapat berujar seperti yang kita ujarkan.
Pemerolehan
bahasa : bagaimana anak memperoleh bahasa mereka.
Dari definisi – definisi tersebut, Psikolinguistik secara umum
dapat di artikan sebagai ilmu
yang mempelajari proses-proses mental yang digunakan manusia dalam berbahasa
atau berkomunikasi. Secara praktis, psikolinguistik mencoba
menerapkan pengetahuan linguistik dan psikologi pada masalah‑masalah seperti
pengajaran dan pembelajaran bahasa, pengajaran membaca permulaan dan membaca
lanjut, kedwibahasaan, penyakit bertutur seperti afasia, gagap dan sebagainya,
komunikasi, pikiran manusia, dialek-dialek, pijinisasi, dan kreolisasi, dan
masalah‑masalah sosial lain yang menyangkut bahasa seperti bahasa dan
pendidikan, bahasa, dan pembangunan bangsa.
Selain itu, dari definisi‑definisi
tersebut, jelaslah bahwa psikolinguistik adalah ilmu antardisiplin yang
dilahirkan sebagai akibat adanya kesadaran bahwa kajian bahasa merupakan
sesuatu yang sangat rumit. Dengan demikian, satu disiplin ilmu saja tidaklah
dapat dan tidak mampu menerangkan hakikat bahasa. Kerja sama antardisiplin
semacam itu tidaklah merupakan hal yang baru dalam bidang ilmu. Ilmu
antardisiplin yang lain telah lama ada seperti neuropsikologi, sosiolinguistik,
psikofisiologi, psikobiologi, psikofarmakologi, dan sebagainya.
4. KODRAT, PENGERTIAN DAN KOMPONEN BAHASA
Dari segi yang paling sederhana, bahasa adalah
sebuah sarana atau alat untuk berkomunikasi. Tak dipungkiri manusia adalah ‘mahluk berbahasa’. Itu
terjadi karena setiap aktivitas yang dilakukan manusia tak dapat lepas dari
kegiatan berbahasa itu sendiri karena pada dasarnya manusia juga merupakan
mahluk sosial yang mengunakan bahasa sebagai sarana berinteraksi satu dengan
yang lainnya. Namun, jika ditinjau dari definisi yang sederhana itu maka tidak
menutup kemungkinan bahwa hewan juga memiliki bahasa yang mana digunakan untuk
berkomunikasi dengan sesamanya. Contohnya: seekor kucing mengeluarkan bunyi
tertentu ketika dia merasa tidak suka dengan kucing lain. Kemudian ayam yang
mengeluarkan bunyi berbeda saat berkokok akan bertelur,dan saat menunjukan
makanan. komunikasi semut dengan bersentuhan antena dalam memelihara organisasi
intrakoloni yang mana sering disebut
menggunakan "bahasa
antena". Walaupun disatu pihak ada persamaan, tetapi ada perbedaan
mencolok antara cara hewan ‘berbahasa’ dengan cara manusia. Untuk itu kita
harus menkaji apa definisi tentang bahasa itu sendiri dan apa ciri-ciri khusus bahasa yang membedakan antara manusia
dengan binatang.
Menurut soenjono (2003), bahasa adalah suatu sistem
simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa
untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya. System itu sebenarnya
sangatlah kompleks yang saling berhubungan dan membentuk suatu konstituen yang
hierarkis.
Pada
aliran linguistik manapun bahasa selalu dikatakan memiliki tiga komponen yaitu:
TATA
BAHASA
FONOLOGI SINTAKSIS SEMANTIK
Pola bunyi pola kalimat pola makna
Karena sintaksis itu
merupakan dasar yang paling penting, maka kajian utama psikolinguistik ini akan
banyak bertumpu pada kaidah sintaktik. Secara teoretis, tujuan utama
psikolinguistik ialah mencari satu teori bahasa yang tepat dan unggul dari segi
linguistik dan psikologi yang mampu menerangkan hakikat bahasa dan
pemerolehannya. Dengan kata lain, psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat
struktur bahasa dan bagaimana struktur ini diperoleh dan digunakan pada waktu
bertutur dan memahami kalimat‑kalimat (ujaran‑ujaran).
5. BAHASA MANUSIA VS BAHASA BINATANG
Untuk
membandingkan antara bahasa manusia dan binatang tentunya kita harus meninjau
kembali apa arti dari bahasa itu sendiri sehingga kita dapat mengetahui unsur-unsur
penting dari bahasa.
Aitchison(1984),
menyatakan bahwa karakteristik bahasa manusia dan perbandingannya dengan
‘bahasa’ binatang itu adalah sebagai berikut:
1. Manusia menggunakan Jalur Vokal‑Auditoris dalam berbahasa
Ciri ini
merupakan karakteristik bahasa yang paling tampak. Bunyi bahasa dihasilkan oleh
alat ucap manusia dan mekanisme pendengaran menerimanya. Penggunaan bunyi juga banyak
digunakan oleh binatang sebagai sarana komunikasi. Akan tetapi, tidak semua
sinyal bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap. Burung pelatuk dengan paruhnya
mematuk di pohon‑pohon, jangkerik mengerik dengan sayapnya, ular getar (rattle
snake) bersuara dengan menggetarkan ekornya, tetapi memang ada binatang
yang menggunakan alat ucapnya untuk menghasilkan sarana komunikasi, seperti
burung, sapi, kera, serigala. Meskipun demikian, kelompok yang terakhir itu
tidak memiliki ciri‑ciri bahasa yang lain.
2. Manusia menggunakan
lambang yang bersifat arbitrer dalam berbahasa
Ciri ini
mempunyai makna bahwa bahasa manusia itu menggunakan lambang yang bersifat
sewenang‑wenangatau arbitrer. Artinya, antara lambang dengan yang dilambangkan
tidak mempunyai hubungan makna. Kita tidak tau kenapa suatu kata disebut botol,
tas dan kata lain disebut menonton,
melamun dll. Itu terjadi karena bahasa merupakan hasil kesepakatan bersama atau
konvensi. Tetapi, harus juga dicermati bahwa terdapat kontroversi antara teori
arbitrer itu dengan teori yang lain yakni antara kelompok anomaly dan
kelompok analogi
Kelompok anomali adalah kelompok
yang sepaham dengan teori arbitrer tersebut,sedangkan kelompok analogi
berpendapat bahwa ada hubungan antara lambang dengan sesuatu yang dilambangkan.
Beberapa contoh dikemukakan sebagai berikut.
-
Jangkerik : bunyinya krik, krik, krik
-
Cicak : bunyinya cak, cak, cak
-
Tokek :
bunyinya tokek, tokek dan sebagainya.
Contoh itu menunjukkan terjadinya bahasa karena peristiwa onomatope atau tiruan bunyi. jadi, ada
alasan mengapa sesuatu dinamakan sesuatu; atau ada hubungan antara lambang
dengan sesuatu yang dilambangkan. Contoh lain gejala semacam itu tampak pada
apa yang disebut sebagai apelativa,
yakni penyebutan sesuatu berdasarkan penemu, pabrik pembuatnya, atau nama dalam
sejarah. Misalnya: ikan
mujair penemunya Pak Mujair. Selain itu, gejala etimologi rakyat dalam
berbagai bahasa daerah di Indonesia, terutama dalam bahasa jawa yang dikenal
dengan kerata basa, juga merupakan petunjuk adanya aliran analogi
Contohnya. Krikil karena keri marang sikil ( geli pada kaki)
3.
Manusia menggunakan kata
yang mempunyai makna dalam berbahasa
Ciri ini
berarti bahwa bahasa mengacu pada objek atau tindakan. Bagi manusia, kursi
berarti tempat duduk yang berkaki empat dan memiliki sandaran. Manusia dapat
membuat generalisasi dengan menerapkan nama kursi itu untuk semua jenis kursi
dan tidak hanya untuk satu tipe kursi saja. Lebih jauh lagi, kebermaknaan dapat
pula mengacu pada tindakan. Misalnya, melompat mempunyai makna ‘melakukan
gerakan dengan mengangkat kaki ke depan, ke bawah, atau ke atas, dengan
cepat’.Karena itu ciri ini merupakan ciri bahasa yang khas manusia.
4. Manusia
menggunakan sistem transmisi budaya dalam mewariskan bahasa ke generasi
selanjutnya.
Ciri ini
menunjukkan bahwa bahasa manusia itu diturunkan dari generasi sebelumnya.
Peranan pengajaran dalam dunia binatang tidak begitu jelas. Kita tidak tahu
persis apakah burung itu mengajari anaknya untuk menyanyi atau berkomunikasi,
atau anaknya belajar dari induknya untuk berkomunikasi.
5. Manusia menggunakan bahasa secara spontan
Ciri ini
bersifat sosial. Menggunakan bahasa secara spontan menunjukkan manusia itu
dapat memulai berbicara secara manasuka.
6. Manusia
menggunakan bahasa secara bergantian atau bergiliran
Ciri ini
menunjukkan bahwa bahasa manusia dapat digunakan secara bergiliran. Ketika
seseorang sedang berbicara, maka yang lain mendengarkan dan kemudian ganti
berbicara, jika diperlukan. Dalam sebuah percakapan, misalnya, kita tidak akan
berbicara sementara lawan kita sedang berbicara. Kita menunggu giliran kita
berbicara dengan sopan walaupun pada situasi tertentu hal ini tidak terjadi
karna adanya overlap.
7.
Manusia menggunakan
gabungan unit-unit fonem atau morfem dalam berbahasa
Ciri ini
menunjukkan bahwa bahasa manusia itu diorganisasikan menjadi dua tataran, yakni
kesatuan dasar yang berupa bunyi tuturan seperti bunyi /a/, /p/, /e/, /l/, tidak
akan bermakna apabila berdiri sendiri‑sendiri. Tetapi demikian bunyi itu
bergabung menjadi satu unit, /apel/, maknanya jelas sekali, yakni
sejenis buah-buahan.
8.
Manusia dapat
menggunakan bahasa untuk menceritakan sesuatu yang tidak hadir atau tidak di
depan mata.
Ciri ini
mengandung makna bahwa bahasa itu dapat digunakan untuk menceritakan benda atau
sesuatu yang jauh dalam pengertian tempat dan waktu. Manusia dapat menceritakan
lady gaga yang berada di tempat yang jauh, menceritakan
rencana baik jangka panjang maupun jangka pendek.
9.
Manusia menggunakan
pola bahasa yang terstruktur
Manusia
tidak hanya sekadar menerapkan rekognisi sederhana atau teknik penghitungan
ketika berbicara kepada orang lain. Mereka secara otomatis mengenali pola
hakikat bahasa dan memanipulasikan kotak struktur. Manusia dapat mengatur
kalimat aktif itu menjadi kalimat pasif berdasarkan kaidah yang dimilikinya.
10. Manusia
menggunakan bahasa secara kreatif
Ciri ini
sering juga disebut sebagai keterbukaan atau produktivitas. Manusia dapat
berbicara tentang apa pun tanpa menimbulkan masalah kebahasaan bagi dirinya
maupun bagi pendengamya. la dapat berbicara apa yang diinginkannya dan kapan ia
mau berbicara. Ia dapat memilih menggunakan bahasa dengan cara halus, dengan
cara kasar atau dengan cara lainnya,misalnya seorang kakak bisa menggunakan
ujaran berikut untuk menyuruh adiknya agar mau makan “adik, cepat makan!” atau
“adik, makan yuk! Nanti kakak belikan mainan”.
Setelah
kita mengkaji ciri‑ciri bahasa tersebut, dapatkah kita katakan bahwa binatang
itu dapat berbahasa atau dapat berbicara? Bila untuk mengukur binatang itu
berbahasa atau tidak didasarkan pada kesepuluh ciri tersebut, maka jawabnya
jelas bahwa binatang itu tidak berbahasa atau tidak berbicara. Binatang hanya
memiliki sebagian kecil dari ciri‑ciri tersebut dalam keadaan terbatas.
Sehingga seperti yang di usulkan oleh pakar linguistik Thomas dalam buku Penagntar Psikolingustik bagi Pembelajar
Bahasa Perancis(su’udi,2011),agar orang tidak menggunakan istilah ‘bahasa’
ketika berbicara tentang system tanda dalam dunia binatang.
Referensi:
Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik: Pengantar
Pemahaman Bahasa Manusia.
Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Harras, K.A. dan Bachari, D.A. 2009. Dasar-dasar Psikolinguistik. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Su’udi,Astini.2011.Penagntar Psikolingustik bagi Pembelajar
Bahasa
Perancis.Semarang:Widya Karya.
No comments:
Post a Comment