METODE
PENELITIAN PEMEROLEHAN BAHASA ANAK
1.
Pendahuluan
Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang
berlangsung di dalam otak seorang anak-anak ketika dia memperoleh bahasa
pertamanyaatau bahasa ibunya. Ada 2 proses yang terjadi ketika kanak-kanak
sedang memperoleh bahasa pertamanya, yakni proses kompetensi dan proses
performansi. Proses kompetensi adalah proses yang terdiri atas 2 hal, yakni
proses pemahaman (kemampuan mengamati & mendengar) dan proses menghasilkan
kata-kata. Sedangkan proses performansi adalah kemampuan menghasilkan
kalimat-kalimat baru dalam linguistic transformasi generative.
Beberapa hipotesis Pemerolehan Bahasa yang kita kenal selama ini :
- Hipotesis
Nurani: hipotesis ini menyatakan bahwa manusia lahir dengan dilengkapi
suatu alat yang memungkinkan dapat berbahasa dengan mudah dan cepat.
Karena sukar dibuktikan secara empiris, maka hadirlah suatu hipotesis yang
disebut hipotesis nurani (pembawaan sejak lahir). Chomsky & Miller
mengatakan bahwa alat khusus yang dimiliki setiap anak-anak sejak lahir
untuk memperoleh bahasa ibunya ini disebut sebagai LAD (Language
Acquisition Device). Buktinya meskipun masukan yang berupa ucapan kalimat
yang salah, namun alat ini mampu memformat dan menghasilkan output berupa
ucapan / tata bahasa formal. (Chomsky & Miller)
- Hipotesis
Tabularasa: hipotesis ini menyatakan bahwa otak bayi pada waktu dilahirkan
sama seperti kertas kosong yang annti akan diisi oleh
pengalaman-pengalaman. Menurut hipotesis ini, semua pengalaman dalam
bahasa manusia merupakan hasil dari peristiwa linguistic yang dialami oleh
manusia. Sejalan dengan hipotesis ini, behaviorisme menganggap bahwa
pengetahuan linguistic terdiri dari rangkaian yang dibentuk dengan cara
Stimulus – Respon. (John Locke).
- Hipotesis
Kesemestaan Kognitif: menurut hipotesis ini, bahasa diperoleh berdasarkan
struktur-struktur kognitif deriamotor. Struktur ini diperoleh anak-anak
melalui interaksi sengan benda-benda atau disekitarnya. Pemerolehan bahasa
bergantung pada pemerolehan proses-proses kognitif lalu memperoleh
lambing-lambang linguistic. (Piaget)
2.
Metode Penelitian Pemerolehan Bahasa Anak
Bahasa dan proses pemerolehannya pada anak tentu
akan menarik para peneliti untuk melakukan kajian serta tinjauan yang lebih
aplikatif dan operasional. Objek kajian yang beragam dengan dilatarbelakangi
oleh situasi dan kondisi menuntut peneliti untuk menyiapkan metodologi riset
yang tepat untuk mendukung keakuratan hasil penelitian yang akan dihasilkan
dalam rangka pembuktian pada sebuah hipotesa.
Sejauh ini metode penelitian yang banyak digunakan
untuk meneliti objek ini adalah longitudinal dan eksperimental. Berikut ini
akan dijelaskan lebih lanjut tentang 2 bentuk penelitian tersebut.
2.1. Longitudinal
§
Penelitian Longitudinal (Longitudinal Research), adalah salah
satu jenis penelitian sosial yang membandingkan perubahan subjek penelitian
setelah periode waktu tertentu. Penelitian ini sengaja digunakan untuk
penelitian jangka panjang, karena memakan waktu yang lama.
(http://Wikipedia.org/wiki/penelitianlongitudinal)
§
Ciri utama periode ini adalah bahwa studi longitudinal
memerlukan jangka waktu yang panjang karena yang diteliti adalah perkembangan
sesuatu yang sedang dikaji dari satu waktu sampai ke waktu yang lain. (http://meylanarzhanty.blogspot.com/2012/04/pemerolehan-bahasa-anak.html)
§
Penggunaan Metode Longitudinal berkaitan erat dengan
pertumbuhan pembangunan psikologi yang terjadi pada manusia.
Metode penelitian Longitudinal sendiri
dikelompokkan menjadi 3 jenis :
1. Panel Study; Subyek yang ditelitisamaselamawaktu
yang berbeda. Contoh : Survey terhadap300 anak usia 1 tahun di Kabupaten
Ungaran untuk mengetahui kata pertama yang mereka ucapkan , dilaksanakanselama
3 tahun.
2. Trend Study; Subyekpenelitianberbedadaripopulasi
yang samapadawaktu yang berbeda. Contoh : Survey terhadap300 anak usia 1 tahun
di Kabupaten Ungaran untuk mengetahui kata pertama yang mereka ucapkan ,
dilaksanakan setiap tahun.
3. Cohort Study; Hampirsamadengan trend study
tetapipopulasinyalebihspesifikdalamjangkawaktutertentu.Perbedaannyaadalahpada
trend study tidakadaperubahanpadaanggotapopulasi, sedangkanpada cohort
adaperubahananggotapopulasidalamdurasiwaktupenelitian. Contoh : Survey
terhadap300 anak usia 1 tahun di Kabupaten Ungaran untuk mengetahui kata
pertama yang mereka ucapkan , dilaksanakanselama6tahun.
Metode penelitian jenis ini dipandang cukup ideal
dan akurat untuk menghasilkan sebuah penelitian scientific dan dapat
dipertanggungjawabkan. Beberapa kelebihan dan kekurangan dari pengunaan metode
penelitian jenis ini, sbb :
2.1.1. Kelebihan
• Metode longitudinal menjelaskan perubahan
berdasarkan pada umur
• Pendekatan ini mengakui perbandingan dengan treatment
lain
• Memiliki akurasi yang cukup tinggi
• Metode longitudinal memberikan kesempatan untuk
mendefinisikan hubungan genetik antara fase perkembangan psikis.
2.1.2. Kekurangan
§
Membutuhkan banyak waktu dan biaya yang cukup besar
§
Sifting, memungkinkan beberapa peserta/sampel penelitian akan
berhenti sebelum masa penelitian berakhir
§
Membutuhkan sumber daya pendukung yang cukup banyak
§
Menuntut adanya komitmen dari individu
2.2. Eksperimental
W.S.
Monro and M.D. Engelhart memberikan definisi ‘experiment’sebagai
berikut:
“Experimentation is the name given to the type of
research in which theinvestigator controlsthe educative factors to which a
child or group of children is subjected during the period of inquiry
andobserves the resulting achievement”
“Eksperiment adalah sebuah nama yang diberikan kepada
salah satu bentuk penelitian yang dilaksanakan seorang peneliti dengan cara
mengatur faktor yang dipaparkan pada seorang anak atau sekelompok anak – anak
selama masa tertentu dan kemudian peneliti tersebut mengamati hasil yang
muncul”
Dari definisi diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa penelitian eksperimental dilaksanakan dengan cara memberikan
faktor atau perlakuantertentu (treatment) pada subjek penelitian, yang
jumlahnya ditentukan peneliti sendiri mulai dari satu orang hingga banyak
subjek sejaligus, dalam masa tertentu hingga diperoleh temuan yang kemudian
dapat dianalisa oleh peneliti.
Penting bagi seorang peneliti untuk menentukan apa
ranah eksperimennya, apakah termasuk pada proses penggunaan bahasa secara
langsung yang disebut on-line process ataupost-perceptual yang
meneliti dan mengukur tentang hasil dari proses berbahasa (misalnya apa yang
diutarakan subjek penelitian tentang rangsangan yang mereka dengar) dari pada
proses berbahasanya sendiri. Peneliti juga harus mengetahui kemungkinan efek
dari rangsangan yang diberikan pada subjek penelitian, sebagai contoh eksperimen
untuk mengingat sesuatu yang dibaca subjek tidak hanya melibatkan ingatan tapi
juga melibatkan kemampuan membaca subjek itu sendiri.
2.2.1. Eksperimen Psikolinguistik
Adapun eksperimen eksperimen yang sering
dilaksanakan oleh peneliti psikolinguistik adalah sebagai berikut:
A. Eksperimen Waktu Reaksi.
Eksperimen ini mengukur seberapa cepat seorang
subjek merespon sebuah rangsangan. Keuntungan dari eksperimen eksperimen ini
adalah lansung mengukur penampilan langsung dari subjek eksperimen tanpa
terkait dengan cara subjek menentukan respon. Eksperime yang dilakukan
berupaaktifitas sederhana bagi subjek sebagai pengalih bahwa subjek sedang
diteliti, yang akan mempermudah peneliti mengetahui efek rangsangan yang
diberikan terhadap subjek karena ketidaktahuan subjek terhadap tujuan
eksperimen yang sedang dilakukan. Waktu reaksi (reaction times) atau
lama waktu subjek merespon diukur menggunakan ukuran milisecond /
milidetik.
Contoh eksperimenwaktu reaksi:
·
Phoneme/word
monitoring (eksperimen pengamatan
fonem / kata).
Subjek diminta mendengarkan suatu rekaman dan diminta menekan
tombol saat mendengar fonem atau kata tertentu. Proses ini dapat digunakan
dalam tes ingatan terhatap bunyi yang mirip.
·
The
naming task(eksperimen
menamai).
Subjek diminta membaca suatu kata keras – keras. Waktu respon
dihitung dari saat subjek melihat katanya hingga waktu awal subjek mengeluarkan
suara untuk mengucapkan kata yang dimaksud.
·
Lexical
decision (eksperimen menentukan
kata secara leksikal).
Subjek diminta menekan tombol saat mendengar atau melihat kata
sesungguhnya diantara rantetan kata – kata yang tidak bermakna. Data yang dapat
diperoleh melalui eksperimen ini adalah (a) seberapa banyak kata yang telah
disiapkan dapat dikenali, (b) seberapa banyak pengaruh pengalih perhatian terhadap
pengenalan kata.
·
Word
spotting (eksperimen menunjuk
kata).
Subjek diminta mendengarkan deretan bunyi yang didalamnya
dimasukkan kata – kata sebenarnya. Jika dapat mengenali kata yang disisipkan
tadi, subjek diminta menekan tombol. Eksperimen ini mengukur bagaimana subjek memaknai bunyi yang didengarnya.
B. Eksperimen menunjukkan sesuatu
Dalam eksperimen ini subjek diminta menunjukkan
atau menentukan apakah suatu fitur bahasa tertentu muncul dan / atau tempat
munculnya fitur tersebut. Peneliti kemudian mencatat fitur apa saja yang tidak
terdeteksi atau rentang jarak antara fitur yang sebenarnya dengan fitur yang
ditunjukkan subjek.
Contoh eksperimen menunjukkan sesuatu:
·
Phoneme restoration(eksperimen mengenali fonem yang samar).
Subjek diminta mendengarkan kalimat – kalimat yang
didalamnya terdapat fonem yang disamarkan. Dalam kegiatan ini akan terdeteksi
apakah subjek dapat menunjukkan fonem – fonem yang dihilangkan atau disamarkan
tersebut.
C.
Eksperimen
interpretasi input linguistik.
·
Shadowing (eksperimen membayangi).
Subjek diminta mendengarkan rekaman dan mengulangi apa yang mereka
dengan secepatnya setelah pembicara. Ekperimen membayangi ini memperlihatkan
daya tangkap / daya faham subjek terhadap bahasa lisan terutama melalui
kesalahan yang dibuat subjek.
·
Gating (eksperimen potongan kalimat).
Materi yang digunakan dalam eksperimen ini adalah sebuah pernyataan
yang cukup panjang yang dipotong kedalam beberapa bagian kecil (dalam bahasa
inggris disebut ‘gates’). Subjek diperdengarkan bagian pertama, lalu
diminta menuliskan apa yang didengarnya. Kemudian kembali diperdengarkan bagian
pertama yang ditambah bagian kedua, subjek diminta menulis bagian kedua dan
membetulkan bagian pertama yang dirasa kurang tepat. Eksperiment ini terus
dilanjutkan dengan bagian yang diperdengarkan yang terus ditambah.
·
Masking (eksperimen kalimat kabur).
Dalam eksperimen ini subjek diperdengarkan rekaman kalimat –
kalimat yang berlatar belakang suara ribut atau diminta membaca teks yang
sebagiannya ditutupi. Subjek kemudian diminta melaporkan apa yang dipahaminya.
Bentuk lain dari eksperimen ini dapat berupa meminta subjek menceitakan apa
yang difahaminya dari rekaman yang hampir tidak terdengar.
D. Eksperimen penyimpanan leksikal dan kecepatan
menggunakannya.
·
Word association (eksperimen asosiasi kata).
Pendekatn yang berguna untuk mengetahui proses
penyimpanan kata dalam jaringan semantik pada otak. Kegiatannya berupa
pemberian satu kata kepada subjek dan memintanya menuliskan kata yang muncul
dalam benak nya saat mendengar kata yang diberikan peneliti.
·
’Tip of the Tongue’ (eksperimen ujung lidah).
Peneliti memberikan definisi suatu kata namun definisi
yang diberikan tidak begitu jelas, lalu meminta subjek menyebutkan kata yang
dimaksud. Kemungkinan akan muncul berbagai kata yang mirip definisinya dengan
kata yang dimaksud peneliti, hal ini akan memberikan gambaran tentang apa yang
terjadi jika kita diminta mencari atau mengingat suatu kata.
·
Priming (ekperimen kata pancingan).
Ditunjukkan sebuah kata kepada subjek, yang kemudian melanjutkan dengan kata berikutnya yang terkait
dengan kata pertama.
E.
Eksperimen
ingatan.
·
Recall (eksperimen mengingat kembali)
Subjek diminta mengingat sebanyak – banyaknya kata yang tersedia
dalam sebuah daftar, kemudian diminta menyebutkan kembali kata – kata yang
telah diingatnya.
·
Repetition (eksperimen pengulangan).
Subjek diminta mengulangi deret angka – angka, atau kata –
kata, atau selain kata – kata setelah
peneliti. Deretan angka atau kata yang diberikan akan terus ditambah sampai
subjek mencapai kapasitas maksimumnya dalam mengingat. Eksperimen ini mengukur
sejauh mana batasan subjek dalam mengingat.
Dalam pelaksanaannya terdapat kesulitan tersendiri dalam
melaksanakan eksperimentterhadap subjek anak –anak yang tergolong bayi dan
balita. Hal ini dikarenakan mereka mudah
sekali teralihkan perhatiannya dari perlakuan (treatment) yang diberikan kepada
mereka. Menurut John Field (2004:143) ada dua metode eksperimen yang terbukti
sesuai untuk subjek anak – anak bayi atau balita.
(1)
The high
amplitude sucking procedure
(prosedur pengukuran tinggi rendah tingkat isapan bayi).
Telah diketahui
bahwa seorang bayi mengisap air susu dalam ritme yang stabil jika tidak ada hal
tertentu yang menarik perhatiannya, akan tetapi sang bayi akan bereaksi
menghisap lebih cepat jika ada suatu hal yang menarik perhatinnya. Phenomena
ini dapat digunakan dalam penelitian tentang kemampuan bayi membedakan segi
bahasa yang mirip, perubahan ritme menghisap air susu pada bayi menunjukkan
bahwa bayi tersebut dapat mengenali suatu bunyi atau suara yang berbeda dari
bunyi atau suara yang telah diberikan sebelumnya.
(2)
The operant
headturn procedure (prosedur
memalingkan kepala).
Dalam prosedur
ini bayi di ajarkan untuk menoleh atau memalingkan kepalanya saat menemui
rangsangan yang baru baginya. Dalam eksperimen ini pernah ditemukan rentang pergerakan
kepala bayi yang tengah diobservasi mencapai 30o, yang menunjukkan
bahwa bayi memang mengenali perubahan pada rangsangan yang dipaparkan
kepadanya.Variasi dari procedur ini adalah “Headturn Preference Procedure”
atau prosedur memalingkan kepala pada arah yang disukai, dimana rangsangan yang
diberikan lebih dari dari satu (misalnya dua rangsangan sekaligus, yang
diberikan dari arah berbeda). arah bayi menolehkan kepalanya diteliti dan
ditentukan sebagai cara bayi menunjukkan rangsang mana yang lebih disukainya
atau lebih menarik baginya .
Adapun untuk
anak yang berumur lebih tua, prosedur “mendengarkan dan mengulang” dapat
digunakan untuk menyelidiki tingkat ingatan Fonologis
dan segmentasi leksikal anak. Dapat juga digunakan prosedur yang menggunakan
gambar sederhana, yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemerolehan morfologi
pada anak.
Sebagai data perbandingan peneliti dapat menggunakan data
penelitian yang telah dirangkum dalam database Child Language Data Exchange System (CHILDES) oleh Brian MacWhinney dan
Catherine Snow, data didalamnya meliputi data – data dan temuan – temuan ratusan
penelitian tentang bahasa anak dari berbagai bahasa.
Daftar Pustaka
Dardjowidjojo, Soenjono. (2005). Psikolinguistik: Pengantar
Pemahaman Bahasa Manusia, edisi kedua. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Field, John. (2005). Psycholinguistics: the key concepts. London:
Routledge, Taylor & Francis e-Library.
Singh, Yogesh Kumar. (2006). Fundamental of Research Methodology
and Statistics. New Delhi: New Age International (P) Ltd.
No comments:
Post a Comment